Minggu, 22 Januari 2012

Ekspedisi penyusuran sungai citarik (eps.2)

Kegiatan hari pertama
                Tepat jam 3 lebih 15 menit tim berangkat dari Camp Arus Liar menuju kawasan Taman nasional gunung Halimun Salak, cuaca mendung mengiringi keberangkatan tim, ditengah perjalanan hujan turun dengan deras, tim berhenti untuk membeli logistik dan kebutuhan lain disebuah toko swalayan dikawasan kalapanunggal, perjalanan kembali dilanjutkan seluruh anggota tim yang ada dibelakang mobil basah kuyup terguyur hujan tapi hal ini tidak mengurangi keceriaan tim. Tim sempat berhenti di kantor Ttngh untuk meminta peta, kedatangan tim disambut dengan baik oleh rekan-rekan di TNGH, ternyata untuk meminta peta ada aturan tersendiri yaitu harus ada pengajuan surat tetapi kami sangat bersyukur karena  pihak TNGH yang diwakili oleh Bapak Nur membantu kami dengan meminjamkan peta tematik tentang penyebaran salah satu hewan endemik TNGH yaitu panthera pardus atau macan tutul. Dengan peta itu tim menentukan start point/titik keberangkatan yaitu dikawasan suka galih, desa terakhir yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGH, sebenarnya sungai citarik itu sendiri tidak mengalir dikawasan ini tetapi sungai citamiang yang merupakan salah satu sungai sumber sungai citarik,
                Kami tiba di start point dikawasan sukagalih sekitar jam 17.30, team leader memutuskan untuk mendirikan camp disebuah lapangan yang terletak di gerbang desa sukagalih dengan alasan hari sudah memasuki malam dan cuaca hujan. Ada beberapa kejadian menarik ketika tim akan mendirikan camp. Mobil yang mengangkut tim sempat stuck ketika akan diparkir, seluruh anggota tim bekerja keras menarik kendaraan agar keluar dari kubangan tanah yang sebenarnya tidak terlalu dalam, walaupun kami berusaha keras tetap saja kendaraan tidak mau bergerak. Akhirnya kami membiarkan kendaraan sementara karena kami harus segera mendirikan tenda dan membuat perapian, semua anggota bergerak dengan taktis, tak berapa lama tenda sudah berdiri dan perapian sudah menyala. Akhirnya bantuan datang dari salah seorang warga sekitar yang mengingatkan tentang kearifan lokal di daerah tersebut, dia berkata bahwa kami “kurang sopan” dengan tidak meminta izin kepada “penunggu kawasan “ tersebut,  walaupun kebanyakan anggota tim menganggap hal tersebut adalah hal Tahayul namun memang pada kenyataannya setelah dilakukan ritual sederhana mobil dapat keluar dari kubangan tanah dengan sangat mudah. Hal ini menjadi catatan unik bagi tim sekaligus pengingat bahwa ada kearifan lokal yang harus ditaati ketika kita memasuki daerah tertentu.
                Kegiatan hari pertama ditutup dengan evaluasi sekaligus briefing untuk persiapan besok, keputusan kami bahwa pengarungan akan dimulai dari lokasi yang tidak jauh dari camp dengan menggunakan kayak, sementara perahu akan diturunkan jika kondisi air memungkinkan, itu adalah plan A, sedangkan plan B perahu dan kayak serentak turun di tempat yang bisa terjangkau kendaran, keputusan kami jatuh di kawasan jembatan legok picung yang merupakan batas antara desa cipeuteuy dan desa cihamerang sebagai start point untuk perahu, dikawasan itu debit air sudah sangat memungkinkann untuk diadakan pengarungan dengan perahu, karena tiga sungai yang hulunya berada dikawasan TNGH sudah bertemu dan membentuk sungai citarik.(to be continued....)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar